ILMU MANTIQ (LOGIKA): PROPOSISI
1. Dilihat
dari segi hubungan antara subyek dan predikat, maka proposisi dibagi menjadi:
- Proposisi kategorik (qadiyyah hamliyyah) atau proposisi mutlak atau proposisi tidak bersyarat, yakni proposisi yang hanya terdiri dari subyek dan predikat serta kopula (yang sering tidak disebutkan). Contoh: Fuad tidur.
- Proposisi hipotetik (qadiyyah syartiyyah muttasilah), yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan predikatnya didasarkan pada syarat. Contoh: Jika Fuad lapar, maka ia akan makan.
Ada
dua cara menyusun proposisi hipotetik:
–
Antecedent (muqaddam) dan konsekuen (tali)
masing-masing memiliki subyek yang sama. Contoh: Jika Fuad mandi, maka badannya
pasti basah.
Dalam
hal ini, proposisi kedua terjadi disebabkan proposisi pertama, sehingga
memiliki sifat kepastian (luzumiyyah).
–
Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang berbeda. Contoh : Jika
Fuad kawin, maka bapaknya gembira.
Dalam
hal ini, kedua proposisi bukan merupakan hubungan antara dua sifat tetapi
antara dua pengertian proposisi dan bersifat kebetulan (ittifaqiyyah).
- Proposisi disjungtif (qadiyyah syartiyyah munfasilah), yakni proposisi dalam bentuk perimbangan pertentangan antara antecedent dan konsekuen yang biasanya dirangkaikan dengan kata “adakalanya”, “atau” sehingga disebut juga proposisi alternatif. Contoh: angka itu genap atau ganjil, adakalanya angka itu genap atau ganjil.
Ada
dua cara menyusun proposisi disjungtif:
–
Antecedent dan konsekuen
masing-masing memiliki subyek yang sama. Seperti: angka itu genap atau ganjil
–
Antecedent dan konsekuen
masing-masing memiliki subyek yang berbeda. Seperti: adakalanya lembaganya
yang baik atau personnya yang jelek.
2. Dilihat
dari modalitasnya, yakni cara menanggap dalam kaitannya dengan realitas, maka
proposisi dibagi menjadi:
- Proposisi problematik, yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan predikat berdasarkan kemungkinan. Seperti: Mungkin Fuad tidur, mungkin juga tidak.
- Proposisi asertorik, yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan predikat berdasarkan kenyataan. Seperti: (menurut kenyataannya) Fuad tidur.
- Proposisi apodiktif, yakni proposisi yang predikatnya harus berlaku bagi subyeknya. Seperti: Jomblo adalah seseorang yang sedang tidak memiliki pacar.
3. Dilihat
dari segi gabungan antara tinjauan kualitas dan kuantitasnya baik dalam
proposisi kategorik, hipotetik, maupun disjungtif, maka ada empat bentuk
standar dalam proposisi:
1. Universal
affrimatif (kulliyyah mujabah) dengan
simbol “A”.
2. Universal
negatif (kulliyyah salibah) dengan
simbol “E”.
3. Partikular
affirmatif (juz’iyyah mujabah) dengan
simbol “I”.
4. Partikular
negatif (juz’iyyah salibah) dengan
simbol “O”.
Simbol
“A” dan “I” berasal dari huruf “a” dan “i” kata “affirmo” (mengakui), dan
simbol “E” dan “O” berasal dari huruf “e” dan “o” kata “nego” (mengingkari).
Ø Empat bentuk standar pada proposisi
kategorik, seperti:
A : Semua orang ingin punya uang. (S a P)
E : Tak
ada serupiah pun uang di sakuku. (S e P)
I : Sebagian
manusia punya uang. (S i P)
O : Sebagian
manusia tidak punya uang. (S o P)
Ø
Empat bentuk standar pada
proposisi hipotetik, seperti:
A : Jika
ada yang meminta uang, maka pasti akan saya beri. (S a P)
E : Tidak
akan terjadi jika bangsa itu bersatu, maka akan terjadi kerawanan dalam
kehidupan. (S e P)
I : Kadang-kadang
terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar, maka ia akan mendapatkan mahasiswa. (S
i P)
O : Kadang-kadang
tidak terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar, maka ia akan mendapatkan
mahasiswa. (S o P)
Ø
Empat bentuk standar pada
proposisi disjungtif, seperti:
A : Selalu
adakalanya udara itu bersih atau kotor. (S a P)
E : Tidak sekali-kali adakalanya mahasiswa dapat mandiri atau tergantung
pada pihak lain. (S e P)
I : Kadang-kadang
terjadi adakalanya mahasiswa itu sukses atau gagal. (S i P)
O : Tidak
selalu orang yang sukses dalam hidupnya itu diusahakan dengan jujur atau
curang. (S o P)
Yang
perlu diperhatikan pada masing-masing proposisi adalah keluasan daripada subyek
dan predikat: apakah ia mengandung keseluruhan golongan atau sebagian saja.
Dalam hal ini ada dua macam:
- Distribusi (mustaghraq), yakni jika semua person dari term itu terkandung oleh pengertian proposisi.
- Non distribusi (ghairu mustaghraq), yakni jika hanya sebagian person dari term yang terkandung oleh pengertian proposisi.
Untuk
itu dalam kaitannya dengan empat bentuk standar proposisi A, E, I, O, adalah:
- A – ( S a P), Contoh: Semua mahasiswa dapat belajar mandiri. Subyek “semua mahasiswa” bersifat distribusi. Sedangkan karena yang “dapat belajar mandiri” tidak hanya mahasiswa, maka predikatnya bersifat non distribusi.
- E – (S e P), Contoh: Tak satupun pelajar adalah mahasiswa. Subyek “pelajar” dan predikat “mahasiswa” sama-sama bersifat distribusi.
- I – (S i P), Contoh: Sebagian mahasiswa adalah pedagang. Subyek “sebagian mahasiswa” bersifat non distribusi. Sedangkan karena yang menjadi “pedagang” bukan hanya mahasiswa saja, maka predikatnya bersifat non distribusi.
- O – (S o P), Contoh: Sebagian mahasiswa bukan pedagang. Subyek “sebagian mahasiswa” bersifat non distribusi. Dan predikatnya karena keseluruhan golongan pedagang dan mengecualikan sebagian mahasiswa, maka ia bersifat distribusi.
A : S a P E : S e P
I : S i P O
: S o P
Dalam
contoh-contoh tersebut merupakan proposisi kategorik baik dalam bentuk standar
A, E, I, O, tentang distribusi atau non distribusi. Ketentuan-ketentuan itu
juga berlaku pada proposisi hipotetik dan juga proposisi disjungtif.
Share This Article
Tidak ada komentar:
Posting Komentar