abiquinsa: Agustus 2013

Dalil Tahlilan, Slametan, dan Sejenisnya (Intisari Pengajian Lintang Songo Aswaja NU Center Magetan)



INTISARI PENGAJIAN LINTANG SONGO
ASWAJA NU CENTER MAGETAN
Ahad, 16 Juni 2013

“DALIL TAHLILAN, SLAMETAN, DAN SEJENISNYA”

1.       Akhir-akhir ini, tradisi dan amaliyah NU sering dihujat. Slametan, tahlilan, mujahadah, istighosah, dan sebagainya dianggap bid’ah, sebab tidak ada tuntunannya dari al-Qur’an maupun Sunnah. Tuduhan tersebut jelas tidak benar, sebab semua amalan yang ada dalam acara tahlilan tersebut sangatlah dianjurkan oleh Rasulullah.
2.       Dalam tahlilan dan semacamnya, setidaknya terdapat 4 sunnah sekaligus, yaitu:
a.       Sedekah. Tuan rumah mengundang para tetangga dan kerabat untuk berdoa dan menjamu mereka dengan makan bersama, bahkan membawakan makanan (berkat) untuk keluarga yang di rumah. Rasulullah SAW bersabda:

Berpisah dengan Ramadan (Khutbah Jum'at)



BERPISAH DENGAN RAMADAN (KHUTBAH JUM'AT)

الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ التَّقْوَى خَيْرَ زَادٍ  وَاَنْعَمَ عَلَيْنَا بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَجَعَلَهُ اَحَدَ اَرْكَانِ الاِسْلاَمِ . اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَه اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَه وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ  اَلْمَوْصُوْفُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيْمِ . اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَ عَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَهْلِ التَّقْوَى وَالْمَعْرِفَة وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ  اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عَبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا الله فِى جَمِيْعِ اَوْقَاتِكُمْ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونْ. قَالَ الله ُتَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ هُدًا لِلنَّاسِ وَبَيِّنَتٍ مِنَ اْلهُدَى وَالْفُرْقَانِ ، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَاْليَصُمْهُ ، وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا أوْ عَلىَ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أيَّامِ أُخَرَ،

Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Sidang Jum’ah yang Dimuliakan Allah
Insya Allah sebentar lagi kita akan berpisah dengan Ramadan. Setelah bulan Ramadhan berlalu, orang akan terbagi menjadi beberapa bagian, namun secara garis besarnya mereka terbagi dua kelompok.
Kelompok yang pertama. Orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehingga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Alquran. Kita seakan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah. Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan dan kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian.