abiquinsa: Januari 2013

Thaharah dalam Pandangan Islam


THAHARAH DALAM PANDANGAN ISLAM

Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara komprehensif (kaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Sebagaimana diketahui, al-Qur’an dengan seluruh lafadz-lafadznya diturunkan dalam bahasa Arab kecuali bebrapa kalimat saja yang berasal dari bahasa lain yang telah menjadi bahasa Arab. Dari lafadz-lafadz itu ada yang dikehendaki hakikatnya, majaznya, dan ada pula yang dikehendaki kinayahnya.[1] Usaha untuk menafsirkan al-Qur’an guna memahami makna lafadz-lafadz tersebut telah diupayakan sejak masa Rasulullah Saw. Setiap beliau menerima ayat al-Qur’an langsung menyampaikannya kepada para sahabat serta menafsirkan mana yang perlu ditafsirkan.[2]

Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ)

MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)
Oleh: Rofi'udin, S.Th.I, M.Pd.I

Pada dasarnya, Islam membolehkan dan bahkan dalam hal-hal tertentu boleh dikatakan menganjurkan umatnya supaya mengadakan musabaqah, perlombaan, kompetisi, kontes, dan lain sebagainya selama maksud dan niat serta teknis dan praktik dari kegiatan-kegiatan tersebut tidak melanggar aturan-aturan syari’at, lebih-lebih jika kegiatan-kegiatan tersebut menunjang hal-hal yang diperintahkan syari’at.
Salah satunya adalah jenis kompetisi atau musabaqah dalam bidang al-Qur’an, yakni yang lebih dikenal dengan Musabaqah Tilawatil Qur’an atau disingkat MTQ. Kegiatan berskala nasional ini dinilai merupakan kegiatan yang di samping mencari bibit-bibit berbakat di bidang al-Qur’an, juga merupakan sarana syiar Islam.

Corak Keberagamaan Jama'ah Tabligh



CORAK KEBERAGAMAAN JAMA’AH TABLIGH
(Studi Kasus Masyarakat Desa Temboro Kec. Karas Kab. Magetan)
Metode Pengumpulan Data: Observasi, Wawancara
Analisis Data: Deskriptif Analistik
Pendekatan: Sosiologi Agama
Waktu Penelitian: Agustus 2005
 
Dalam Islam, terdapat berbagai jenis corak pemahaman ajaran agama. Dilihat dari sisi historisitas, terbukti telah muncul bermacam aliran seperti Ahlussunnah, Syi’ah, Khawarij, Murji’ah, Jabbariyah, Qadariyyah, Wahabiyah, Ahmadiyah, dan lainnya berikut sempalan-sempalannya. Aliran-aliran tersebut terfokus pada persoalan teologis.
Pada persoalan dakwah, muncul gerakan-gerakan yang mengatas-namakan “kembali ke zaman nabi”. Salah satu dari gerakan ini adalah Jama’ah Tabligh Jaullah, yang berkonsentrasi pada dakwah. Dakwah dimaksud bertujuan untuk mengajak masyarakat muslim kembali ke zaman nabi dengan meniru corak keberagamaan dan kehidupan masyarakat muslim zaman nabi.
Tulisan ini bermaksud mendeskripsikan serta berusaha menganalisis pola kehidupan dan corak keberagamaan Jama’ah Tabligh yang berpusat di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan Jawa Timur.

Surat Cinta: Kejujuran Hati


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur tiada terkira dariku pada Allah SWT yang telah memberi udara yang dengannya aku bernafas, memberi air yang dengannya aku mengaliri tubuh, dan memberi segala yang tumbuh dari bumi dan segala yang tercurah dari langit. Sungguh nikmat tak terukur kata-kata, tak terjangkau akal budi, hingga pujian untuk-Nya tak sanggup diterangkan lewat bergetarnya bibir ketika berdoa, atau meledaknya hati ketika bersujud. Semoga nikmat yang kita syukuri menjadikan bertambahnya kesehatan lahir dan batin, sehingga dengannya kita mampu mengenali tanda-tanda kebesaran dan keagungan-Nya.

Sanksi dan Ganjaran dalam Bertakwa



SANKSI DAN GANJARAN DALAM BERTAKWA

Kata takwa sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kata ini merupakan istilah agama dan telah masuk dalam perbendaharaan bahasa nasional. Bahkan ketakwaan merupakan syarat pengangkatan pejabat-pejabat negara kita.
Dari segi bahasa, kata taqwa berarti “memelihara” atau “menghindari”. Dalam konteks keagamaan, “pemeliharaan” tersebut berkaitan dengan “diri atau keluarga” sedangkan “penghindaran”-nya berkaitan dengan siksa Tuhan di dunia ini dan di akhirat kelak. Para ulama seringkali mendefisinikan takwa sebagai “melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya”. Sayang, definisi ini jarang dijabarkan pengertiannya sehingga menimbulkan kedangkalan pemahaman dan kegersangan penghayatan agama.
Mari kita pertanyakan: “Apa saja isi dan bentuk perintah Allah?”

Perbedaan Ajaran Yesus dan Ajaran Kristen

AJARAN YESUS
AJARAN KRISTEN
 1. Yesus adalah utusan Tuhan (Yesus tidak meminta dirinya untuk disembah dan dipuja)
1. Yesus adalah Tuhan sesuai pernyataan Paulus
 

Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (Matius 10:5-6)

Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Matius 15:24)

Aku (Yesus) tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 11:42)

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3) 

Aku (Yesus) berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya....Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia (Bapa) yang mengutus Aku. (Yohanes 13:16,20)

Kamu telah mendengar, bahwa Aku (Yesus) telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. (Yohanes 14:28)
Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (1 Korintus 8:6) 


Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (Roma 10:9) 

NB:
Paulus berusaha mendoktrin orang lain bahwa hanya dengan meyakini Yesus sebagai Tuhan dan percaya Yesus telah bangkit dari antara orang mati, maka ia akan diselamatkan.

Dalam ajaran Paulus/Kristen, Yesus lebih dipromosikan sebagai Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Allah/Bapa. Bandingkan dengan pernyataan-pernyataan Yesus yang lebih menonjolkan Allah/Bapa sebagai Tuhan Yang Esa.

Pernikahan dalam Pandangan Islam



PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

A.     Pendahuluan
Islam melarang umatnya melepaskan naluri seksual sesuai secara bebas tidak terkendali. Karena itulah, ia mengharamkan perbuatan zina, dengan segala hal yang mengantarkannya dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Pada saat yang sama, Islam juga memerangi kecenderungan sebaliknya, yaitu kecenderungan yang melawan naluri dan mengekangnya. Karena itulah, ia menyerukan kepada perkawinan, melarang kecenderungan melajang terus dan mengebiri diri.[1]
Perkawinan merupakan pintu gerbang kehidupan yang wajar atau biasa dilalui oleh umumnya umat manusia. Dimana-mana, di seluruh pelosok permukaan bumi, termasuk di tempat paling jauh yang pernah ditempuh, didapati orang-orang laki-laki dan perempuan hidup sebagai suami istri.[2]

Memahami Hadits Nabi yang Tekstual dan Kontekstual



MEMAHAMI HADITS NABI
YANG TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

Oleh: Rofi'udin, S.Th.I, M.Pd.I

A.     Jawami’ al-Kalim
  1. Kemampuan Nabi Mengemukakan Jawami’al-Kalim
“Saya dibangkit (oleh Allah) dengan (kemampuan untuk menyatakan) ungkapan-ungkapan yang singkat, namun padat makna.“ (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya dari Abu Hurairah)
  1. Perang itu Siasat
“Perang itu siasat.“ (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya dari Jabir bin Abd Allah)
Pemahaman terhadap petunjuk hadits tersebut sejalan dengan bunyi teksnya, yakni bahwa setiap perang pastilah memakai siasat.

Ilmu Mantiq (Logika): Proposisi



ILMU MANTIQ (LOGIKA): PROPOSISI

1.      Dilihat dari segi hubungan antara subyek dan predikat, maka proposisi dibagi menjadi:
  1. Proposisi kategorik (qadiyyah hamliyyah) atau proposisi mutlak atau proposisi tidak bersyarat, yakni proposisi yang hanya terdiri dari subyek dan predikat serta kopula (yang sering tidak disebutkan). Contoh: Fuad tidur.
  2. Proposisi hipotetik (qadiyyah syartiyyah muttasilah), yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan predikatnya didasarkan pada syarat. Contoh: Jika Fuad lapar, maka ia akan makan.
Ada dua cara menyusun proposisi hipotetik:
        Antecedent (muqaddam) dan konsekuen (tali) masing-masing memiliki subyek yang sama. Contoh: Jika Fuad mandi, maka badannya pasti basah.
Dalam hal ini, proposisi kedua terjadi disebabkan proposisi pertama, sehingga memiliki sifat kepastian (luzumiyyah).
        Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang berbeda. Contoh : Jika Fuad kawin, maka bapaknya gembira.
Dalam hal ini, kedua proposisi bukan merupakan hubungan antara dua sifat tetapi antara dua pengertian proposisi dan bersifat kebetulan (ittifaqiyyah).

Surat Balasan untuk Mbak Wahyu


Semarang, 29 November 2006
In Aid of My Sister,
Wahyu Lina
Di –
         Purwokerto

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Semoga Allah senantiasa memberikan keteguhan iman, jalan hidayah, kesehatan lahir dan batin untuk kita semua. Dan semoga kita mampu terus menerus mensyukuri nikmat itu sedemikian rupa, hingga kelak berhimpun ke dalam golongan orang-orang yang beruntung.
Mbak Wahyu, saya mohon maaf atas keterlambatan surat yang mungkin telah Mbak nanti-nanti. Kepadatan aktivitas pengangguran macam saya ini memang memaksa saya untuk pandai-pandai mengatur waktu. Harap maklum, bahkan surat ini pun baru sempat saya ketik ketika terpaksa bermalam di Semarang, padahal biasanya nglajo. Di samping itu, tugas-tugas kuliah yang bejibun mendekati akhir tahun memang menyita waktu, meski konsentrasi atas janji saya berkirim surat tak mungkin terlupakan. Saya bahkan berharap bisa terus berkomunikasi dengan Mbak, untuk menyambung tali silaturrahmi, tukar pengalaman dan ilmu, dan menyegarkan kembali persaudaraan ini tentu saja.
Tentang pertanyaan teman Mbak akan saya coba jawab semampunya. Tapi sebelum itu akan saya sampaikan beberapa landasan berpikir dalam memahami ajaran-ajaran Islam; agar hal tersebut membantu kita memahami substansi dari suatu ajaran, bukan bentuk atau kemasan ajaran itu sendiri.

Metode Penulisan Tafsir al-Qur'an di Nusantara Abad XVII-XX



METODE PENULISAN TAFSIR AL-QUR’AN
DI NUSANTARA SEJAK ABAD XVII HINGGA XX

Oleh: Rofi'udin, S.Th.I, M.Pd.I

Pendahuluan
Sejarah menunjukkan bahwa perkembangan tafsir al-Qur’an dari masa ke masa terus mengalami kemajuan, baik dalam bidang metodologi, orientasi, maupun materi yang dibahasnya. Kemajuan tersebut sesuai dengan dinamika peradaban umat manusia itu sendiri yang terus berkembang dan bergerak ssuai dengan dinamika kehidupan umat manusia. 
Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam juga tidak ketinggalan untuk terus melahirkan seorang mufassir. Tercatat dalam sejarah bahwa sejak abad ke-16 M, telah muncul upaya penafsiran al-Qur’an. naskah Surat al-Kahfi [18: 9], yang tidak diketahui penulisnya muncul di Nusantara ini. Naskah tersebut diduga ditulis pada masa awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), dimana mufti kesultanannya adalah Syamsuddin al-Sumatrani, atau bahkan ditulis pada masa sebelumnya, yakni pada masa Sultan ‘Alaudin Ri’ayat Syah Sayid al-Mukammil (1537-1604), dimana mufti kesultanannya adalah Hamzah Fansuri. Satu abad kemudian muncul karya tafsir Tarjuman al-Mustafid, ditulis Abdur Rouf al-Sinkili (1615-1693) lengkap 30 Juz dan yang sampai kepada kita.

Islam dan Sosialisme



ISLAM DAN SOSIALISME

Oleh: Rofi’udin, S.Th.I, M.Pd.I

A.     PENDAHULUAN
Kondisi dunia yang menuju ambang kehancuran akibat dari sistem politik dan ekonomi yang dianut banyak negara, terutama negara maju, merupakan sistem yang menciptakan pola masyarakat yang semakin individualistik.
Dalam dunia yang tengah berada dalam hegemoni kapitalisme ini, guncangan alam semakin menjadi, sehingga kiamat terasa begitu dekat. Di lain pihak sosialisme terus dirundung kebangkrutan di belahan dunia. Maka tidak ada jalan lain untuk mengulur waktu kiamat, kecuali membangun sebuah ideologi alternatif yang sanggup mengubah wajah dunia kepada kondisi yang sejuk, damai, dan berperikemanusiaan.
Islam sosialis menawarkan konsep jalan ketiga sebagai paradigma sistem dan bentuk sintesa terhadap hegemoni kapitalisme dan kegagalan sosialisme tersebut.

"Membaca" Dahlan Iskan

“MEMBACA” DAHLAN ISKAN
Oleh: Rofi’udin, S.Th.I, M.Pd.I


Lagi-lagi, Menteri BUMN Dahlan Iskan, menuai kontroversi. Upayanya melakukan test drive pada tunggangan barunya, Tucuxi, senilai 1,5 milyar rupiah mengalami kecelakaan di Magetan (5/1). Mobil listrik yang diproyeksikan sebagai mobil nasional masa depan itu mengalami masalah pengereman, sehingga Dahlan pun mengambil risiko dengan menabrakkannya pada tebing. Alhasil, mobil itu ringsek, meski sang menteri selamat.
Masalah tidak berhenti di situ. Polemik yang menyertainya kian menambah rumit persoalan, mulai tidak adanya izin pengujian, plat nomor “DI 19” yang palsu, hingga kelayakan pelaku test drive. Pihak polisi hingga kini masih menyelidiki persoalan itu dan Dahlan siap-siap dijerat pasal pelanggaran lalu lintas. Dahlan mengakui kesalahannya dan siap menerima risiko apapun atas kasus yang disebutnya sebagai “demi ilmu pengetahuan”.
Tulisan ini tidak bermaksud memperpanjang polemik atau berupaya mendudukkan Dahlan Iskan sebagai pesakitan, seperti kecenderungan media akhir-akhir ini. Juga bukan berarti pembelaan atas tindakan sang menteri yang dinilai keluar dari “pakem” seorang menteri. Tulisan ini hanya berupaya “membaca” Dahlan Iskan dari sisi humanisnya, baik karakter maupun motivasi tindakannya yang unik.

Berjilbab: Menunggu Hidayah?


BERJILBAB: MENUNGGU HIDAYAH?
Oleh: Rofi’udin, S.Th.I, M.Pd.I

Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar cerita unik dari seorang PPAI, Pak Mukmin namanya. Katanya, salah seorang GPAI perempuan di sebuah SD di Kecamatan Sukomoro tidak berjilbab. Saya terhenyak dan terdiam, sambil berusaha memahami ironi tersebut. “Guru agama? Tidak berjilbab? Yang benar saja, Pak?” tanya saya.

Pencegahan Bahaya HIV/AIDS dalam Perspektif Islam



PENCEGAHAN BAHAYA HIV/AIDS DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh: Rofi’udin, S.Th.I, M.Pd.I

A.     Latar Belakang
Satu Desember sudah sejak tahun 1998 diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Peringatan Hari AIDS Sedunia berawal dari Pertemuan Puncak Menteri-menteri Kesehatan dari 148 negara yang tergabung dalam WHO untuk Program Pencegahan AIDS pada 1 Desember 1988 di London, Inggris.
Sampai sekarang, AIDS masih menempati peringkat keempat penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut WHO (2009) jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 33,4 juta jiwa di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus HIV/AIDS ditemukan pertama kali tahun 1986 di Bali. Kementerian Kesehatan RI memperkirakan, 19 juta orang pada 2010 berada pada risiko terinfeksi HIV. Adapun berdasarkan data Yayasan AIDS Indonesia (YAI), jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai 23.632 orang. Dari jumlah itu, sekitar 53 persen terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-39 tahun sekitar 27 persen. (Download Versi Ms. Powerpoint)