KEKEKALAN AKHIRAT DALAM AL-QUR'AN
(Studi Tematik dengan Pendekatan Teologis-Filosofis)
BAB V
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Dalam penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan beberapa konsep dan gagasan yang dapat digunakan untuk menganalisa
konsep kekekalan akhirat dalam al-Qur’an. Dari hasil penelitian tersebut,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Makna kekekalan dinyatakan
dalam berbagai redaksi, seperti khuld, baqa’, muqim, qarar, hayy, washib,
gharam, abada yang secara umum berarti suatu bentuk keadaan yang
berkesinambungan, terus-menerus, tanpa disentuh oleh perubahan dan kerusakan.
Namun, hal tersebut bukan berarti kekal tanpa akhir. Redaksi seperti khuld
(خلد)
pada mulanya digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang dapat bertahan lama,
meski tidak sepanjang masa. Kekekalan akhirat dipahami sebagai suatu bentuk
pengekalan terhadap sifat akhirat. Dan akhirat termasuk salah satu makhluk yang
termasuk kategori mumkin al-wujud, sehingga keberadaannya tergantung
sepenuhnya kepada satu-satunya yang wajib al-wujud, yaitu Allah Swt.
2.
Dengan demikian,
konsekuensi dari pemahaman seperti itu adalah bahwa terdapat dua bentuk
kekekalan: kekekalan tidak terbatas dan kekekalan terbatas. Kekekalan yang
tidak terbatas ini adalah kekekalan Allah, sedangkan akhirat termasuk kategori
kekekalan terbatas, sebab kekal karena dijadikan kekal. Mengenai pernyataan
al-Qur’an bahwa akhirat itu kekal, maka hal tersebut karena Allah
menghendakinya demikian. Adalah menjadi hak prerogatif Allah untuk menjadikan akhirat
kekal yang akan berakhir sesuai kehendak-Nya; atau menjadikan akhirat itu kekal
selama-lamanya tanpa berkesudahan, atau bahkan seabadi Allah.
Pada akhirnya, persoalan akhirat
merupakan persoalan gaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia kecuali
apa yang telah diberitahukan-Nya melalui nabi-Nya. Dalam penggambaran akhirat
dalam bahasa manusia, tidak lantas dapat dikatakan bahwa hal itu akan terjadi
sebagaimana persepsi manusia atasnya. Sebab dalil naqli juga telah
menyatakan bahwa alam akhirat itu tidak pernah terlintas dalam hati ataupun
terbetik dalam pikiran.
B.
Saran-saran
Al-Qur’an seperti lautan yang tidak
pernih kering, begitu luas dan dalam sehingga berbagai metode dan pendekatan
untuk menggali dan menemukan mutiara di dalamnya tidak akan berhenti pada satu
atau dua penafsiran.
Demikian juga tentang konsep kekekalan
akhirat yang masih menyimpan misteri. Hal tersebut disebabkan persoalan akhirat
termasuk perkara gaib yang hanya Allah sendiri yang mengetahui hakikatnya.
Dengan demikian, masih terdapat banyak peluang untuk memasuki pemahaman yang
sesungguhnya tentang makna kekekalan akhirat sebagaimana disebutkan dalam
al-Qur’an.
C.
Kata
Penutup
Dengan mengucapkan puji syukur kepada
Allah Swt atas pertolongan dan ridha-Nya, tulisan ini dapat diangkat dalam
bentuk skripsi. Penulis menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh dari kualitas
sempurna. Meski telah diusahakan secara maksimal, namun hanya sebatas inilah
kemampuan penulis dalam mewujudkan buah pikiran dan karyanya.
Oleh karenanya, sebagaimana tak ada
gading yang tak retak, penulis menyadari masih terlalu banyaknya kekurangan dan
keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, kritik dan saran
konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempuranaan skripsi ini.
Akhirnya, semoga skripsi ini memberi
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Allah Swt
senantiasa meridhai setiap usaha dalam memahami tiap huruf dan kalimat pada
firman-Nya yang agung. Wallahul Musta’an.
Share This Article
Tidak ada komentar:
Posting Komentar