SAUDARIKU,
APA
YANG MENGHALANGIMU
UNTUK
BERJILBAB?
Abdul
Hamid Al-Bilaly
MUQADDIMAH
MUQADDIMAH
] ونفس وما سوها,
فألهمها فجورها ونقوها [
“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaanya) maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu ( jalan ) kefasikan dan ketakwaannya” ( Asy Syams
: 7-8).
Manusia
diciptakan oleh Allah dengan sarana untuk meniti jalan kebaikan dan jalan
kejahatan. Allah memerintahkan agar kita saling berwasiat untuk mentaati
kebenaran, saling memberi nasehat di antara kita dan menjadikannya di antara
sifat-sifat orang yang terhindar dari kerugian. (Download)
Sebagaimana
disebutkan dalam surat Al ‘Ashr. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menjelaskan bahwa kewajiban kita terhadap sesama adalah saling menasehati.
Beliau bersabda :
" المؤمن مرآة المؤمن "
“ Orang
mukmin adalah cermin bagi orang mukmin lainnya”[ [1]]
.
Dengan
kata lain seorang mukmin bisa menyaksikan dan mengetahui kekurangannya dari
mukmin yang lain, sehingga ia laksana cermin bagi dirinya. Tetapi cermin itu
tidak memantulkan gambar secara fisik, melainkan memantulkan gambar secara
akhlak dan perilaku. Islam juga sebagaimana dalam banyak hadits- menganjurkan
dan mengajak pemeluknya agar sebagian mereka mencintai sebagian yang lain. Di
antara pilar utama dari kecintaan ini,
hendaknya engkau berharap agar saudaramu masuk surga dan dijauhkan dari neraka.
Tak sebatas berharap, namun engkau harus berupaya keras dan maksimal untuk
menyediakan berbagai sarana dan menjauhkan saudaramu dari hal-hal yang
membahayakan dan merugikannya, di dunia maupun di akhirat.
Lebih
khusus, buku kami hadirkan untuk segolongan kaum muslimah yang belum mentaati
perintah merhijab [[2]],
seperti yang diperintahkan syariat. Baik karena belum mengetahui bahwa hijab
adalah wajib, atau karena tidak mampu melawan tipu daya dan pesona dunia,
karena takluk di hadapan nafsu yang senantiasa memerintahkan keburukan atau
tunduk oleh bisikan setan, karena pengaruh teman yang tidak suka kepada
kebaikan bagi sesama jenisnya atau karena alasan-alasan yang lain.
Kami
memohon kepada Allah semoga uraian dalam buku sederhana ini menjadi pembuka
hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yang tertidur, sehingga bisa
mengembalikan segenap akhawat yang belum mentaati perintah berhijab kepada
fitrah yang telah diperintahkan Allah Ta’ala.
Tidak
lupa kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ustadzah
Badriyah Al Azzaz atas berbagai koreksiannya
yang amat berharga tarhadap naskah ini. Semoga Allah memberi taufik,
kebenaran dan kesudahan hidup yang baik kepada kita. Amin.
SYUBHAT DAN SYAHWAT
Setan
bisa masuk kepada manusia melalui dua pintu utama, yaitu syubhat dan
syahwat. Seorang tidak melakukan suatu tindakan maksiat kecuali dari dua
pintu tersebut. Dua perkara itu merupakan penghalang sehingga seorang muslim
tidak mendapatkan keridhaan Allah, masuk surga dan jauh dari neraka. Di bawah
ini akan kita uraikan sebab-sebab utama dari syubhat dan syahwat.
A.
SYUBHAT
PERTAMA : MENAHAN GEJOLAK SEKSUAL
Syubhat
ini menyatakan bahwa gejolak nafsu seksual pada setiap manusia adalah
sangat besar dan membahayakan. Ironinya, bahaya ini timbul ketika nafsu
tersebut ditahan dan dibelenggu. Jika terus menerus ditekan, ia bisa
mengakibatkan ledakan dasyat.
Hijab
wanita akan meyembunyikan kecantikannya, sehingga para pemuda tetap berada
dalam gejolak nafsu seksual yang tertahan, dan hampir meledak, bahkan terkadang
tak tertahankan sehingga ia lampiaskan dalam bentuk tindak perkosaan atau
pelecehan seksual lainnya.
Sebagai
pemecahan masalah tersebut, satu-satunya cara adalah membebaskan wanita dari
mengenakan hijab, agar para pemuda mendapatkan sedikit nafas bagi pelampiasan
nafsu mereka yang senantiasa bergejolak di dalam. Dengan demikian, hasrat
mereka sedikit bisa terpenuhi. Suasana itu lalu akan mengurangi bahaya ledakan
gejolak nafsu yang sebelumnya tertahan dan tertekan.
1.
Bantahan
Sepintas, syubhat di atas secara lahiriah nampak logis dan
argumentatif. Kelihatannya, sejak awal, pihak yang melemparkan jalan pemecahan
tersebut ingin mencari kemaslahatan bagi masyarakat dan menghindarkan mereka
dari kehancuran. Padahal kenyataannya, mereka justru menyebabkan bahaya yang
jauh lebih besar bagi masyarakat, yaitu menyebabkan tercerai berainya
masyarakat, kehancurannya, bahkan berputar sampai seratus delapan puluh derajat
pada kebinasaan.
Seandainya
jalan pemecahan yang mereka ajukan itu benar, tentu amerika dan negara-negara
eropa serta negara-negara yang berkiblat kepada mereka akan menjadi negara yang paling kecil kasus
perkosaan dan kekerasannya terhadap kaum wanita di dunia, juga dalam kasus
–kasus kejahatan yang lain.
Amerika
dan negara-negara Eropa amat memperhatikan masalah ini, dengan alasan kebebasan
induvidual. Di sana, dengan mudah anda akan mendapatkan berbagai majalah porno
dijual di sembarang tempat. Acara-acara televisi, khususnya setelah pukul dua
belas malam, menayangkan berbagai adegan
tak senonoh, yang membangkitkan hasrat seksual. Bila musim panas tiba, banyak
wanita di sana yang membuka pakaiannya dan hanya mengenakan pakaian bikini.
Dengan keadaan seperti itu, mereka berjemur di pinggir pantai atau kota-kota
pesisir lainnya. Bahkan di sebagian besar pantai dan pesisir, mereka boleh
bertelanjang dada dan hanya memakai penutup ala kadarnya. Terminal-terminal
video rental bertebaran diseluruh pelosok Amerika dengan semboyan “ Adults only” ( khusus untuk orang dewasa )
. di terminal-terminal ini, anak anak cepat tumbuh matang dalam hal seksual
sebelum waktunya. Siapa saja dengan mudah bisa menyewa kaset-kaset video lalu
memutarnya di rumah atau langsung menontonnya di tempat penyewaan.
Rumah-rumah
bordil bertaburan dimana-mana. Bahkan di sebagian negara memajang para wanita
tuna susila (pelacur) di etalase sehingga bisa dilihat oleh peminatnya dari
luar.
Apakah
kesudahan dari gaya hidup yang serba boleh(permisif) itu ? apakah kasus
perkosaan semakin bekurang ? Apakah kepuasan mereka terpenuhi, sebagaimana
yang ramai mereka bicarakan ? apakah
para wanita terpelihara dari bahaya besar ini?.
2.
Data
statistik Amerika
Dalam
sebuah buku berjudul “ crime in U.S.A”
terbitan pemerintah federal di Amerika – yang berarti data statistiknya bisa
dipertanggungjawabkan karena ia dikeluarkan oleh pihak pemerintah, tidak oleh
paguyupan sensus- di halaman 6 dari buku ini di tulis : “setiap kasus perkosaan
yang ada selalu di lakukan dengan cara kekerasan dan itu terjadi di Amerika
setiap enam menit sekali”. Data ini adalah yang terjadi pada tahun 1988,
yang di maksud dengan kekerasan di sini adalah dengan menggunakan senjata
tajam.
Dalam
buku yang sama juga disebutkan:
1.Pada tahun 1978 di Amerika terjadi sebanyak 147.389 perkosaan.
2.Pada tahun 1979 di
Amerika terjadi sebanyak 168.134 perkosaan.
3.Pada tahun 1981 di Amerika terjadi sebanyak 189.045 perkosaan.
4.Pada tahun 1983 di Amerika terjadi sebanyak 311.691 perkosaan.
5.Pada tahun 1987 di Amerika terjadi sebanyak 221.764 perkosaan.
3.
Tafsir
empiris ayat al-Qur’an
Data stastik ini, juga data-data sejenis lainnya - yang dinukil
dari sumber-sumber berita yang dapat dipertanggungjawabkan- menunjukkan semakin
melonjaknya tingkat pelecehan seksual di negara-negara tersebut. Tidak lain,
kenyataan ini merupakan penafsiran empiris (secara nyata dan dalam praktek
kehidupan sehari-hari) dari firman Allah:
]يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ [ (59) سورة الأحزاب
“ Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu….( Al Ahzab: 59).
Sebab
turunnya ayat – sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Qurthubi dalam tafsirnya-
karena para wanita biasa melakukan buang besar di padang terbuka sebelum
dikenalnya kakus (tempat buang air khusus dan tertutup). Di antara mereka itu dapat dibedakan antara
budak dengan wanita merdeka. Perbedaan itu bisa dikenali yakni kalau
wanita-wanita merdeka mereka menggunakan hijab. Dengan begitu para pemuda
enggan mengganggunya.
Sebelum
turunnya ayat ini, wanita-wanita muslimah juga melakukan buang hajad di padang
terbuka terebut. Sebagian orang-orang durjana mengira kalau dia adalah budak,
ketika diganggu, wanita muslimah itu berteriak sehingga laki-laki itu pun
kabur. Kemudian mereka mengadukan peristiwa tersebut kapada Nabi r
sehingga turunlah ayat ini [[3]].
Hal ini
menegaskan, wanita yang memamerkan auratnya, dan mempertontonkan kecantikannya
dan kemolekan tubuhnya kepada setiap orang yang lalu lalang, lebih berpotensi
untuk diganggu. Sebab dengan begitu, ia telah membangkitkan nafsu seksual yang
terpendam.
Adapun wanita
yang berhijab maka dia senantiasa menyembunyikan kecantikan dan perhiasannya.
Tidak ada yang kelihatan daripadanya
selain telapak tangan dan wajah menurut suatu pendapat. Dan pendapat lain
mengatakan, tidak boleh terlihat daripada wanita tersebut selain matanya saja.
Syahwat apa
yang bisa dibangkitkan oleh wanita berhijab itu?instink seksual apa yang bisa
di gerakkan oleh seorang wanita yang menutup rapat seluruh tubuhnya itu ?
Allah
mensyariatkan hijab agar menjadi benteng bagi wanita dari gangguan orang lain.
Sebab Allah Ta’ala mengetahui bahwa pamer aurat akan mengakibatkan semakin
bertambahnya kasus pelecehan seksual, sebab perbuatan tersebut membangkitkan
nafsu seksual yang sebelumnya tenang.
Kepada mereka
yang masih mempertahankan dan meyakini kebenaran syubhat tersebut, kita bisa
menyanggah kesalahan mereka melalui empat hakikat;
Pertama : berbagai
data statistik telah mendustakan cara pemecahan yang mereka tawarkan.
Kedua: Hasrat
seksual terdapat pada masing-masing pria dan wanita. Ini merupakan rahasia
Ilahi yang dititipkan Allah kepada keduanya untuk hikmah yang amat banyak. Di
antaranya adalah demi kelangsungan keturunan, jika boleh berandai-andai ,
andaikata hasrat seksual itu tidak ada , apakah keturunan manusia masih bisa
dipertahankan ? tidak seorangpun memungkiri keberadaan hasrat dan naluri ini.
Tetapi dengan tidak mempertimbangkan adanya naluri seksual tersebut tiba-tiba
sebagian laki-laki di minta berlaku wajar di tengah pemandangan yang serba
terbuka dan telanjang. Amat ironi memang.
Ketiga : bahwa
yang membangkitkan nafsu seksual laki-laki
adalah tatkal ia melihat kecantikan wanita, baik wajah atau anggota
tubuh lain yang mengundang syahwat. Seseorang tidak mungkin melawan fitrah yang
diciptakan Allah (kecuali mereka yang dirahmati Allah) sehingga bisa memadamkan
gejolak syahwatnya tatkala melihat sesuatu yang membangkitkannya.
Keempat : orang
yang mengaku bisa mendiaqnosa nafsu seksual yang tertekan dengan mengumbar
pandangan mata kepada wanita cantik dan telanjang sehingga nafsunya akan terpuaskan (dan dengan
demikian tidak menjurus kepada perbuatan yang lebih jauh, misalnya pemerkosaan
atau pelecehan seksual lainnya ) maka yang ada hanya ada dua kemungkinan :
Pertama : orang
itu adalah laki-laki yang
tidak bisa terbangkitkan nafsu seksualnya meski oleh godaan syahwat yang
bagaimanapun ( bentuk dan jenisnya ) ia termasuk kelompok orang yang dikebiri
kalaminnya sehingga dengan cara apapun mereka tidak akan merasakan keberadaan
nafsunya.
Kedua : laki-laki
yang lemah syahwat atau impoten. Aurat yang dipamerkan itu tak akan
mempengaruhi dirinya.
Apakah orang
yang membenarkan syubhat tersebut (sehingga dijadikannya jalan pemecahan )
hendak memasukkan kaum laki-laki dari umat kita kedalam salah satu dari dua
golongan manusia lemah di atas ( Na;udzubillah min dzalik).
B.
SYUBHAT
KEDUA : BELUM MANTAP
Hal ini lebih tepat digolongkan kepada syahwat
dan menuruti hawa nafsu dari pada syubhat. Jika seorang ukhti yang belum
mentaati perintah berhijab ditanya, mengapa ia tidak mengenakan hijab? di
antaranya ada yang menjawab “ Demi Allah, saya belum mantap dengan berhijab.
Jika saya telah merasa mantap dengannya saya akan berhijab,Insya Allah”.
Ukhti yang
berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni
antara perintah Tuhan dengan perintah manusia.
Jika perintah
itu datangnya dari manusia, maka manusia bisa salah bisa benar. Imam Malik
berkata: “ dan setiap orang bisa diterima ucapannya dan juga bisa ditolak,
kecuali ( perkataan) orang yang ada di dalam kuburan ini”. Yang dimaksudkan
adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Salagi masih
dalam bingkai perkataan manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk
menerima. Karenanya, dalam hal ini, setiap orang bisa berucap “ belum mantap” dan ia tidak dihukum karenanya.
Adapun jika
perintah itu merupakan salah satu dari perintah-perintah Allah, dengan kata
lain Allah yang memerintahkan di dalam kitabNya, atau memerintahkan hal
tersebut melalui NabiNya agar disampaikan kepada umatnya, maka tidak ada tempat
bagi manusia untuk mengatakan “ saya belum mantap”.
Bila ia masih
mengatakan hal itu dengan penuh keyakinan padahal ia sendiri tahu bahwa
perintah tersebut ada di dalam kitab Allah Ta’ala maka hal tersebut berpotensi untuk
menyeretnya kepada bahaya yang lebih sangat besar, yakni keluar dari agama
Allah, sementara dia tidak menyadarinya. Sebab dengan begitu berarti ia tidak
percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut, maka itu adalah ungkapan
yang sangat berbahaya.
Seandainya ia
berkata : “ Aku wanita kotor” aku tak kuat melawan nafsuku” “ jiwaku rapuh”
Atau hasratku untuk itu sangat lemah” tentu ungkapan-ungkapan ini dan yang sejenisnya tidak bisa disejajarkan
dengan ucapan : “ Aku belum mantap” sebab ungkapan-ungkapan tersebut merupakan pengakuan atas kelemahan, kesalahan dan kemaksiatan
dirinya, ia tidak menghukumi dengan salah
atau benar terhadap perintah –perintah Allah secara semaunya. juga tidak
termasuk yang mengambil perintah Allah dan mencampakkan yang lain.
Allah SWT berfirman
:
]وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا[ (36) سورة الأحزاب
“Tidaklah patut bagi laki-laki
yang mukmin (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan
RasulNya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia talah sesat,
kesesatan yang nyata” (Al Ahzab : 36).
1. Sikap yang dituntut
Ketika
seorang hamba mengaku beriman kepada Allah , percaya Allah lebih bijaksana dan lebih mengetahui dalam penetapan hukum
dari padanya-sementara dia sangat miskin dan sangat lemah – maka jika telah
datang perintah Allah tidak ada lagi pilihan baginya kecuali mentaati perintah
tersebut. Ketika mendengar perintah Allah, sebagai seorang mukmin atau
mukminah, mereka wajib mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang beriman.
] سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ [ (285) سورة البقرة
“Kami dengar dan kami taat(mereka
berdo’a) Ampunilah kami ya Robb kami dan kepada Engkaulah kami kembali” ( Al
Baqarah : 285)
Ketika Allah
memerintahkan kita dengan suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah
itu untuk kebaikan kita, dan salah satu
sebab bagi tercapainya kebahagiaan kita. Demikian pula halnya dengan ketika
memerintah wanita berhijab, Dia Maha Mengetahui
bahwa ia adalah salah satu sebab bagi tercapainya kebahagiaan, kemuliaan
dan keagungan wanita.
Allah Ta’ala
Maha Mengetahui IlmuNya meliputi segala sesuatu, mengetahui sejak sebelum
manusia diciptakan, juga mengetahui apa
yang akan terjadi di masa mendatang dengan tanpa batas, mengetahui apa yang
tidak akan terjadi dari berbagai
peristiwa, juga Dia mengetahui andaikata
peristiwa tersebut terjadi apa yang terjadi selanjutnya.
Dengan
kepercayaan seperti ini, yang merupakan keyakinan kita umat Islam, apakah patut
dan masuk akal kita menolak perintah
Allah yang Maha Luas IlmuNya , selanjutnya kita menerima perkataan manusia yang
memiliki banyak kekurangan, dan ilmunya sangat terbatas.
2. Contoh dari kenyataan sehari-hari
Sebagai contoh, dapat kita kemukakan
dari kenyataan hidup sehari-hari. Bila kita membeli unit komputer sementara
orang yang membuatnya ada di dekat kita,
dia tahu betul bagaimana mengoperasikannya, memahami dari A sampai Z seluk
beluk alat canggih tersebut, maka logiskah jika kita memanggil tukang cuci
mobil untuk mengajari kita cara mengoperasikan komputer? Tentu sangat tidak
logis. Akal kita akan mengatakan, bahwa kita mesti memanggil ahli komputer
untuk mengajari bagaimana cara penggunaan alat tersebut, berikut cara
memperbaikinya jika terjadi kerusakan.
Kita
menyakini, yang menciptakan manusia dan
membentuknya adalah Tuhan manusia, yaitu Allah. Karena itu sangat wajar, jika
Allah yang sangat lebih mengetahui
tentang apa yang membahayakan dan memberi manfaat manusia. Dan jelaslah,
bertahkim, patuh, dan menyerah kepada selain Allah adalah cermin ketidakwarasan, kebodohan, dan
kedunguan. Kandungan ini disebabkan karena kita patuh kepada seseorang yang
tidak mengetahui. Barang siapa yang mengambil nasihat orang bodoh berarti dia
menggelincirkan dirinya dalam kebinasaan.
Ironinya,
inilah yang terjadi pada kita kaum muslimin, betapa banyak kaum muslimin yang
menuntut jawaban dari orang yang tidak
mengetahuinya. Sebagaimana betapa banyak dari kalangan kita yang tidak memahami
bahwa yang dimaksud kata “Islam” adalah
menyerah, patuh dan tunduk secara total kepada perintah-perintah Allah dan
larangan-laranganNya.
3. Ukhti jangan terjerumus pada pertentangan
Tatkala
engkau menasehati sebagian ukhti yang belum berhijab, sebagian mereka ada yang
menjawab: “ saya juga seorang muslimah, selalu menjaga shalat lima waktu dan sebagian shalat sunnah, saya puasa
Ramadhan dan telah melakukan haji, berkali-kali pula saya umrah, aktif sebagai
donatur pada beberapa yayasan sosial, tetapi saya belum mantap dengan
berhijab”.
4. Pertanyaan buat Ukhti
“Kalau memang
anda sudah dan selalu melakukan amalan-amalan terpuji, yang berpangkal dari
iman, kepatuhan pada perintah Allah serta takut siksaNya jika meninggalkan
kewajiban-kewajiban itu, mengapa anda beriman kepada sebagian dan tidak beriman kepada sebagian yang lain,
padahal sumber perintah-perintah itu adalah satu ?.
Sebagaimana shalat
yang selalu anda jaga adalah suatu kewajiban, demikian juga halnya dengan
hijab. Hijab itu wajib, dan kewajiban itu tidak diragukan adanya dalam Al Kitab
dan Al Sunnah. Atau apakah , anda tidak pernah mendengar cercaan Allah terhadap
Bani Israil, karena mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan
sebagian yang lain?
Secara tegas,
dalam hal ini Allah berfirman :
] أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاء مَن يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنكُمْ إِلاَّ خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ[ (85) سورة البقرة
“Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab (Taurat) dan
ingkar kepada sebagian yang lain? Tidakkah balasan bagi orang-orang yang
berbuat demikian daripadamu, malainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada
hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat pedih, Allah tidak
lengah dari apa yang kamu perbuat”( Al Baqarah : 85).
Selanjutnya,
renungkan hadits shahih berikut ini :
" إن أهون أهل النار عذابا يوم القيامة رجل توضع على أخمص قدميه جمرتان يغلي منهما دماغه كما يغلي المرجل بالقمقم
" رواه البخاري
( 11/376) في الرقائق.
“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat adalah orang yang diletakkan
di tengah kedua telapak kakinya dua bara api, dari dua bara api ini otaknya
mendidih, sebagaimana periuk yang mendidih dalam bejana besar yang dipanggang
dalam kobaran api.
Jika seperti
ini adzab yang paling ringan pada hari kiamat, lalu bagaimana adzab bagi
orang yang diancam oleh Allah dengan adzab
yang amat pedih, sebagaimana disebutkan dalam ayat ini. Yakni bagi orang yang
beriman kepada sebagian ayat dan meninggalkan sebagian yang lain?
5. Wahai Ukhti
Apakah hanya
demi penampilan, kabanggaan dan saling unggul-mengungguli di dunia, lalu anda
rela menjual akherat dan siap menerima adzab yang pedih?
Sungguh kami
tidak berharap untuk ukhti, melainkan kebaikan di dunia dan akherat. Kami minta
agar ukhti, mau menggunakan akal sehat dan menentukan pilihan ini.
C.
SYUBHAT
KETIGA : IMAN ITU LETAKNYA DI HATI
Jika seorang
di antara mereka ditanya, mengapa dia tidak berhijab ? Maka ukhti yang
terhormat ini akan menjawab : “ Ah iman
itu letaknya di hati”.
Ini adalah
jawaban yang paling sering dilontarkan oleh para wanita muslimah yang belum
berhijab. Karena itu di bawah ini akan kita bahas syubhat tersebut.
1. Sumber syubhat
Mereka
berusaha menafsirkan sebagian hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang
dimaksudkan , seperti dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
" إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
" رواه مسلم (
2562)
“ Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah
) dan harta kekayaanmu, tetapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian”( HR.
Muslim No : 2564 dari Abu Hurairah)
Pengarang kitab
Nuzhatul Muttaqin berkata : “Hadits ini menunjukkan bahwa pahala amal
tergantung pada keikhlasan hati, kelurusan niat, perhatian terhadap situasi
hati pelempangan tujuan dan kebersihan hati dari segala sifat tercela yang
dimurkai Allah [[4]].
2. Definisi Iman
Iman tidak
cukup hanya dalam hati. Iman dalam hati semata tidak cukup untuk menyelamatkan
diri dari neraka dan mendapatkan surga.
Definisi iman
menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah : “Keyakinan dalam hati,
pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan”. Devinisi
ini terdapat dalam setiap buku
aqidah(tauhid) kecuali buku-buku yang menyimpang dan tidak berdasarkan manhaj
(methode) Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
3. Kesempurnaan Iman
Dalam
Tashawwur (gambaran) kita, orang yang mengatakan iman dengan lidahnya,
tetapi tidak disertai dengan keyakinan
hatinya, itu adalah keadaan orang-orang munafik. Demikian pula orang
yang beramal hanya sebatas aktivitas tubuh anggota badan, tetapi tidak disertai
keyakinan hati , itu merupakan keadaan orang-orang munafik.
Pada masa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka senantiasa shalat bersama beliau,
berperang, mengeluarkan nafkah,pulang pergi bersama kaum muslimin, tetapi hati
mereka tidak pernah beriman kepada agama Allah. Kepada mereka, Allah menghukumi
sebagai orang-orang munafik, dan balasan untuk mereka adalah berada di kerak
neraka ( dasar neraka).
Demikian pula
orang yang beriman hanya dengan hatinya tapi tidak disertai amalan anggota
badan. Ini adalah keadaan Iblis. Dia percaya pada kekuasaan Allah ,Dzat yang
menghidupkan dan mematikan, dia juga percaya
terhadap adanya hari kiamat, tetapi dia tidak beramal dengan anggota
tubuhnya. Allah berfirman :
] أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ [ (34) سورة البقرة
“ Ia (Iblis) enggan dan takabbur dan adalah dia termasuk
golongan orang-orang kafir” ( Al Baqarah : 34).
Dalam AL
Qur’an : setiap kali di sebutkan kata iman, selalu disertai dengan amal,
seperti : “ Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh …..” Amal selalu
beriringan dan merupakan konsekuensi iman, keduanya tidak dapat
dipisah-pisahkan.
Kepada ukhti
yang belum berhijab dengan alasan : Iman itu letaknya dalam hati” kami hendak
bertanya : “ Andaikata seorang kepala sekolah
memintanya membuat laporan, atau mengawasi murid-murid, atau memberi
pelajaran ekstra kurikuler, atau menjadi petugas piket untuk menjadi guru yang
berhalangan hadir atau pekerjaan lain, logislahkah jika ia menjawab : “Dalam hati, saya percaya, dan
belum mantap terhadap apa yang diminta oleh direktur kepadaku, tetapi aku tidak
mau melaksanakan yang dikehendakinya dariku” Apakah jawaban ini bisa diterima?
Lalu apa akibat yang bakal menimpanya?
Ini sekedar
contoh dalam kehidupan mnusia, lalu bagaimana jika urusan itu berhubungan
dengan Allah, Tuhan manusia yang memiliki sifat yang Maha Tinggi?.
D.
SYUBHAT
KEEMPAT : ALLAH BELUM MEMBERIKU HIDAYAH
Pada akhawat
yang tidak berhijab banyak yang berdalih : Allah belum memberiku hidayah.
Sebenarnya aku juga ingin berhijab, tetapi hendak bagaimana jika saat ini Allah
belum memberiku hidayah ? do’akanlah aku agar segera mendapat hidayah !”
Ukhti yang
berdalih seperti ini telah terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Kami ingin
bertanya : “ bagaimana engkau mengetahui bahwa Allah belum memberimu hidayah”?
Jika jawabannya
, “ Aku tahu”, maka ada satu dari dua kemungkinan :
Pertama: dia mengetahui ilmu ghaib yang ada di dalam kitab
yang tersembunyi (lauhul mahfudz). Dia pasti pula tahu bahwa dirinya
termasuk orang-orang yang celaka dan bakal masuk neraka.
Kedua : ada
makhluk lain yang mengabarkan padanya tentang nasib dirinya, bahwa dia tidak
termasuk wanita yang mendapatkan hidayah. Bisa jadi yang memberi tahu itu
malaikat ataupun manusia.
Jika kedua
jawaban itu tidak mungkin adanya, bagaimana engkau mengetahui bahwa Allah belum
memberimu hidayah ? ini satu masalah.
Masalah lain
adalah, Allah telah menerangkan dalam KitabNya, bahwa hidayah itu ada dua
macam. Masing-masing adalah hidayah dilalah dan hidayah taufiq.
1.
Hidayah
dilalah
Ini adalah
bimbingan atau petunjuk pada kebenaran. dalam hidayah ini, terdapat campur
tangan dan usaha manusia, di samping hidayah Allah dan bimbingan RasulNya.
Allah telah menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia yang mukallaf, juga dia
telah menunjukkan jalan kebatilan yang menyimpang dari petunjuk para rasul dan
KitabNya. Para rasulpun talah menerangkan jalan ini kepada kaumnya. Begitu pula
para da’i. Mreka semua menerangkan jalan ini kepada manusia . jadi semua ikut
ambil bagian dalam hidayah ini.
2.
Hidayah
taufiq
Hidayah ini
hanya milik Allah semata, tidak ada sekutu baginya(dalam pemberi hidayah taufiq
ini). Ia berupa peneguhan kebenaran dalam hati, penjagaan dari penyimpangan
pertolongan agar tetap meniti dan teguh di jalan kebenaran, pendorong pada
kecintaan iman. Pendorong pada kebencian terhadap kekufuran, kefasikan dan
kemaksiatan.
Hidayah
taufiq diberikan kepada orang yang memenuhi panggilan Allah dan mengikuti
petunjukNya.
Jenis hidayah
ini datang sesudah hidayah dilalah . sejak awal, dengan tidak pilih kasih, Allah
memperlihatkan kebenaran kepada semua manusia. Allah berfirman :
]وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى [ (17) سورة فصلت
“Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah kami beri petunjuk
tetapi mereka lebih menyukai buta ( kesesatan ) daripada petunjuk itu …” (
Fushishilat : 17).
Dan
untuk itu, Allah menciptakan potensi dalam diri setiap orang mukallaf untuk
memilih antara jalan kebenaran dan jalan kebatilan. Jika dia memilih jalan
kebenaran menurut kemauannya sendiri maka hidayah taufiq akan datang
kepadanya. Allah berfirman :
]وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْواهُمْ[ (17) سورة محمد
“Dan
orang-orang yang melakukan petunjuk, Allah ( akan ) menambah petunjuk kepada
mereka dan memberikan kepada mereka( balasan) ketakwaannya” ( Muhammada : 17).
Jika
dia memilih kebatilan menurut kemauannya sendiri, maka Allah akan menambahkan
kesesatan padanya dan Dia mengharamkannya mendapat hidayah taufiq, Allah
berfirman :
] قُلْ مَن كَانَ فِي الضَّلَالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا [ (75) سورة مريم
“Katakanlah: barang siapa yang berada dalam kesesatan, maka
biarlah Dzat yang Maha Pemurah menambahi baginya[kesesatan] …” ( Maryam : 75).
] فلما زاغوا أزاغ الله قلوبهم [
“…Maka tatkala mereka berpaling ( dari kebenaran ) Allah
memalingkan hati mereka” ( Ash Shaf : 5).
3.
Perumpamaan
hidayah taufiq
Syaikh Asy
Sya’rawi memberikan perumpamaan yang amat mengena tentang hidayah taufiq ini,
dan itu merupakan sunnatullah. Beliau mengupamakan dengan seseorang yang
menanyakan suatu alamat. Orang itu pergi ke polisi lalu lintas untuk menanyakan
alamat tersebut. Lalu polisi menyarankan : “ anda bisa berjalan lurus sepanjang
jalan ini, sampai di perempatan anda belok ke kanan, selanjutnya ada gang, anda
belok ke kiri, di situ anda mendapatkan jalan raya. Di seberang jalan raya tersebut
akan terlihat gedung dengan pamplet besar, itulah alamat yang anda cari”.
Orang
tersebut dihadapkan pada dua pilihan, percaya kepada petunjuk polisi atau
mendustakannya. Jika percaya pada polisi, ia akan segera beranjak mengikuti
petunjuk yang diterimanya. Jika berjalan terus sesuai dengan petunjuk polisi,
ia akan semakin dekat dengan tempat dan alamat yang ia inginkan.
Jika dia
tidak memepercayai saran polisi itu bahkan malah mengumpatnya sebagai pendusta, sehingga ia
berjalan menuju arah yang berlawanan,
maka semakin jauh dia berjalan, semakin jauh pula kesesatannya. Itulah
perumpamaan petunjuk dan kesesatan [5].
Ini merupakan
perumpamaan yang tepat untuk mendekatkan pengertian sunnatullah ini.
Siapa yang memilih kebenaran, maka Allah akan menolong dan meneguhkannya, dan
siapa yang memilih kebatilan, Allah akan menyesatkannya dan membiarkannya
bersama setan yang menyertainya.
4.
Carilah
sebab-sebab hidayah, niscaya anda mendapatkannya
Itulah sunnatullah
yang berlaku pada semua makhlukNya. Allah berfirman :
] فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا [ (43) سورة فاطرا
“ … Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi
sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi
sunnah Allah” ( Al Fathir : 43).
Adapun sunnatullah
dalam perubahan nasib, hanya akan terjadi jika manusia memulai dengan
mengubah terlebih dahulu dirinya sendiri, lalu mengupayakan sebab-sebab
perubahan yang dimaksudnya. Allah berfirman :
] إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم [
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” ( Ar Ra’ad: 11).
Maka orang
yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo’akan dirinya
agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa
menghantarkannya mendapat hidayah tersebut.
Dalam hal
ini, terdapat teladan yang baik pada diri Maryam, suatu hari, dia amat
membutuhkan makanan. Padahal ketika itu, ia dalam kondisi yang sangat lemah
seperti yang biasa terjadi pada wanita yang hendak melahirkan. Lalu Allah
memerintahkan padanya untuk melakukan suatu usaha yang orang laki-laki paling
kuat sekalipun tidak akan mampu melakukannya. Maryam di minta untuk menggoyang-nggoyangkan
pangkal pohon korma, meskipun pangkal pohon korma itu sangat kokoh dan sulit untuk
digoyang-goyangkan. Allah berfirman :
] وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ [
“Dan goyanglah pangkal pohon korma itu……( Maryam : 25).
Maryam tidak
mungkin mampu menggoyang pangkal pohon korma, sementara dia dalam kondisi yang
amat lemah. Itu hanya dimaksudkan sebagai usaha mencari sebab dengan cara meletakkan tangannya di
pohon korma. Dengan begitu terpenuhilah hukum kuasalitas dan sunnatullah dalam
hal perubahan . maka hasilnya adalah :
] تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا [ (25) سورة مريم
“Pohon itu akan menggugurkan buah korma yang masak kepadamu.” (
Maryam : 25).
Inilah
sunnatullah dalam perubahan. Tidak mungkin orang mukmin terus menerus di dalam
masjid, bahkan meskipun di Masjidil Haram dengan hanya duduk dan beribadah
kepada Allah, seraya mengharap rizki dari Allah. Tentu Allah tidak akan
mengabulkannya tanpa dia sendiri mencari sebab-sebab rezki tersebut. langit tak
mungkin sekonyong-konyong menurunkan hujan emas dan perak.
Karena itu ,
wahai ukhti, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya anda
mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah. Di antara usaha itu adalah
berdo’a agar mendapatkan hidayah, memilih teman yang shalihah, selalu membaca,
mempelajari dan merenungkan kitab Allah, mengikuti majlis-majlis dzikir dan
ceramah agama, membaca buku-buku tentang keimanan dan sebagainya.
Tetapi,
sebelum melakukan semua itu, hendaknya terlebih dahulu engkau meninggalkan
hal-hal yang bisa menjauhkanmu dari jalan hidayah. Seperti teman yang tidak
baik, membaca majalah-majalah yang tidak mendidik, menyaksikan
tayangan-tayangan televisi yang membangkitkan perbuatan haram, bepergian tanpa
disertai mahram, menjalin hubungan dengan para pemuda ( pacaran ) , dan hal-hal
lain yang bertentangan dengan jalan hidayah.
E.
SYUBHAT
KELIMA : TAKUT TIDAK LAKU NIKAH
Sebagian
akhawat yang tidak berhijab berdalih dengan takut tidak laku nikah. Syubhat
yang dibisikkan setan kepada sebagian akhawat yang tidak berhijab ini,
pangkalnya adalah perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan menikah
kecuali jika ia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan, dan perhiasan
sang gadis. Jika ia berhijab atau memakai cadar, tentu tak ada yang bisa
dilihat pada dirinya, sehingga sang pemuda enggan mengambil keputusan untuk
menikahinya.
Ironinya,
kepercayaan ini, tidak hanya dimonopoli para akhawat, tetapi juga merupakan
kepercayaan para orang tua, pada akhirnya, mereka melarang anak-anak putrinya
memakai hijab. Syubhat ini tidak bisa diterima lewat dua alasan mendasar.
1. Penilaian dari sisi teori dasar
Meskipun
kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia
bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita. Rasulullah r
bersabda :
" تنكح المرأة لأربع
: لمالها,
ولحسبها, ولجمالها، ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
" رواه البخاري : ( 9/ 115) في النكاح.
“Wanita dinikahi itu karena empat hal : Yaitu karena harta,
keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang berpegang teguh
dengan agama( jika tidak ) niscaya kedua tanganmu berlumur debu” [6]
.
Memang
demikian yang terjadi, kaum laki-laki tidak hanya melihat unsur kecantikan
semata, tetapi ada hal-hal lain yang menyatu dengan kecantikan itu atau
terlepas darinya, yang dijadikan pertimbangan dalam memilih istri. Namun para
gadis dan orang tua banyak yang menganggap kecantikan adalah segala-galanya.
Atau setidak-tidaknya menjadikan kecantikan sebagai unsur yang terpenting,
sedangkan hal lainnya bisa dikesampingkan. Jelas, jalan pikiran seperti ini
bertentangan dengan naluri manusia.
2. Penilaian dari sisi empiris
Bisa jadi
sikap gadis-gadis yang biasa memperlihatkan aurat(yang dimaksudkan untuk
menawan hati pria) menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Betapa banyak
tindakan itu malah membuat para pemuda enggan menikahinya. Sebab bisa saja
pemuda itu beranggapan, bahwa jika wanita tersebut berani melanggar salah satu
perintah Allah, yaitu hijab, tidak menutup kemungkinan dia akan berani
melanggar perintah-perantah yang lain. Karena setan memiliki banyak kiat.
Meskipun
terkadang kenyataan yang ada tidak selalu sesuai dengan pendapat ini, tetapi memang begitulah
keadaan mayoritas pemuda kita di zaman sekarang. Pemuda yang menyunting gadis
berhijab, namanya akan menjadi harum, meskipun dia sendiri tidak termasuk
orang-orang yang taat menjalankan
perintah agama.
F.
SYUBHAT
KEENAM : IA MASIH BELUM DEWASA
Syubhat ini
banyak beredar dikalangan orang tua serta sebagian akhawat yang tidak berhijab.
Sebenarnya anak-anak tersebut sudah memiliki niat untuk memakai hijab, tetapi
kemudian di tunda karena syubhat ini.
Karena itu dalih ini lebih pantas
disebut hawa nafsu dari pada syubhat.
Kebanyakan
mereka berkata: jangan sampai melarangnya menikmati kehidupan. Dia toh masih
belum dewasa. Dia masih senang memakai pakaian yang indah, bersolek dengan
berbagai macam make up serta masih suka menampakkan kecantikannya. Semua
itu membuatnya lebih berbahagia dan menikamati hidup.
Kenapa kita
melarang dan menghalangi kebahagiaan justru pada saat umur mereka masih relatif
sangat muda ? kalau kita terlanjur ketinggalan kereta, mengapa kita membuatnya
pula ketinggalan kereta dengan begitu tergesa-gesa ? ( maksudnya jika ia
menyuruh anak putrinya memakai hijab sejak dini).
Menurut
pendapat mereka , masa belum dewasa berlangsung hingga anak berumur dua puluh
tahun. Karenanya, meskipun ada gadis yang sudah datang bulan pada umur tiga
belas tahun, dia masih dianggap anak-anak.
1. Nasihat untuk para wali
Sesungguhnya
para wali baik bapak atau ibu yang mencegah anak putrinya berhijab, dengan
dalih karena masih belum dewasa, mereka memiliki tanggung jawab yang besar di
hadapan Allah pada hari kiamat.
Ketika
seorang gadis mendapatkan haidh,
seketika itu pula ia wajib berhijab, menurut syariat. Jika wali gadis itu melarangnya
berhijab, maka dia mendapat dosa yang besar, dan Allah akan menanyakan hal itu
pada hari kiamat. Allah berfirman :
]وَقِفُوهُمْ إِنَّهُم مَّسْئُولُونَ[ (24) سورة الصافات
“Dan tahanlah mereka ( di tempat perhentian ) karena
sesungguhnya mereka akan ditanya” ( Ash Shaaffaat : 24).
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
" كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته
" رواه البخاري
( 13/ 100) في الأحكام –
وله تكملة.
“Masing-masing
kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan ditanya tentang yang
dipimpinnya….” [7].
Seorang ayah
adalah pemimpin pertama dalam rumah tangga, pada hari kiamat dia akan ditanya
tentang masing-masing orang yang ada di
bawah kepemimpinannya.
Setiap ayah
hendaknya bertanya kepada diri mereka sendiri: “betapa banyak para pemuda yang
tergoda oleh anak putrinya? Seberapa jauh putrinya menyebabkan
penyimpangan para pemuda?
2. Ungkapan cinta untuk anak-anak putri
Allah sebagai
saksi, betapa kami amat mengkhawatirkan dirimu akan mendapat siksa Allah. Kami
begitu ingin menyelamatkanmu dari segala bahaya yang akan menimpamu, baik di
dunia maupun di akhirat. Ini adalah kewajiban seorang muslim kepada saudaranya
muslim yang lain.
Di antara
bahaya yang akan menimpa ukhti yang tidak berhijab, baik di dunia maupun di
akhirat, adalah seperti di sebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
sabdanya :
" سيكون في آخر أمتي رجال بركبون على السروج كأشباه الرجال ينـزلون عل أبواب المساجد نسائهم كاسيات عاريات على رؤوسهن كأسنمة البخت العجاف العنوهن فإنهن ملعونات"
( رواه أحمد
( 2/223) قال الهيثمي
: رجال أحمد رجال الصحيح
( مجمع الزوائد
).
“ Akan ada di akhir umatku, kaum laki yang menunggang pelana (
seperti layaknya kaum lelaki ) mereka turun di depan pintu-pintu masjid,
wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, di
atas kepala mereka (terdapat) sesuatu seperti punuk onta yang lemah gemulai.
Laknatlah mereka ! sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat”[8]
Wahai ukhti
yang tidak berhijab! Tahukah engkau makna laknat ? Laknat artinya dijauhkan
dari rahmat Allah Ta’ala.
Dalam hadits
tadi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan setiap muslim, agar
melaknat tipe wanita seperti yang telah disebutkan. Yaitu mereka yang
mengenakan pakaian di tubuh mereka tapi tidak sampai menutup auratnya, sehingga
seakan –akan mereka telanjang dalam hadits lain Rasulullah r
bersabda :
" صنفان من أهل النار لم أرهما قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس، ونساء عاريات مميلات مائلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لا يدخلون الجنة ولا يجدون ريحها وإن ريحها لتوجد من مسيرة كذا وكذا"
رواه مسلم
( 2118)
“Dua kelompok termasuk penghuni neraka, aku ( sendiri) belum
pernah melihat mereka, yaitu orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi,
dengannya mereka mencambuki manusia, dan para wanita yang berpakaian ( tetapi )
telanjang , bergoyang-goyang dan berlenggak lenggok, kepala mereka ( ada
sesuatu ) seperti punuk onta yang bergoyang-goyang. Mereka tentu tidak masuk
surga, bahkan tidak mendapatkan baunya, dan sesungguhnya bau surga itu tercium
dari jarak perjalanan sekian dan sekian” .(HR Muslim, No : 2128).
Dalam hadits
tersebut terdapat sifat-sifat secara rinci tetang golongan wanita ini, yaitu :
a. Mengenakan sebagian pakaian , tetapi dia menyerupai orang
telanjang, karena sebagian tubuh mereka terbuka dan itu mudah membangkitkan
birahi laki-laki, seperti paha, lengan, rambut, dada, dan lain-lainnya. Juga
pakaian yang tembus pandang atau yang amat ketat, sehingga membentuk lekuk
–lekuk tubuhnya, maka ia seperti telanjang, meski berpakaian.
b. Jalannya lenggak-lenggok dan bergoyang sehingga membangkitkan
nafsu birahi.
c. kepalanya tampak lebih tinggi, karena ia membuat seni hiasan dari
bulu atau rambut sintesis, karena tingginya ia seperti punuk onta.
Hadits
tersebut juga menjelaskan hakikat golongan wanita yang tidak masuk surga,
bahkan sekedar menciaum bau wanginyapun tidak, padahal rahmat Allah meliputi
segenap langit dan bumi. Belum lagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyuruh kaum muslimin agar melaknat mereka: “laknatlah
mereka,sesungguhnya mereka adalah wanita terlaknat”.
Kami tidak
menginginkan, selain kebaikan bagi anda. Kekhawatiran bagi diri anda, mendorong
kami berharap dari lubuk hati kami yang paling dalam, untuk menjauhkan
anda dari segala yang tidak disenangi.
Semoga Allah mengisi hati anda dengan
cahayaNya yang tidak pernah padam, lalu anda menang dalam pertarungan melawan
setan jin dan manusia, selanjutnya anda berketepatan melepaskan jeratan dan
memerdekakan diri dari tawanan hawa nafsu, menuju alam kebebasan, kemuliaan,
kehormatan, ketenangan dan alam kesucian.
3. Apakah anda menjamin umur masih panjang?
Wahai ukhti
yang tidak berhijab! Engkau tidak mau berhijab dengan dalih masih belum dewasa,
apakah engkau dapat menjamin umurmu masih beberapa saat? Apakah engkau tahu,
atau seseorang mengabarkan kepadamu tentang kapan engkau bakal mati?
Jika tidak, maka boleh jadi
kematian akan menjemputmu setelah setahun, sebulan, seminggu, sehari, sejam,
atau sedetik kemudian. Semua itu serba mungkin, selama kita tidak tahu ajal
kita akan datang.
Wahai ukhti, kematian tidak
hanya mengetuk pintu orang yang sakit, tidak pula orang yang lanjut usia saja,
tetapi juga orang-orang yang sehat walafiat, orang dewasa,pemuda, bahkan bayi
yang masih menetek di pangkuan ibunya, banyak contoh yang tidak bisa
dipaparkan.
G.
KISAH-KISAH
NYATA
1. Kematian yang tiba-tiba
Seorang
anggota parlemen dalam kondisi kesehatan yang prima, penuh energik dan memiliki
etos kerja sangat tinggi, orangnya masih muda. Namun, tiba-tiba virus ganas
menyerang otaknya. Tak berlangsung lama, virus tersebut berubah menjadi
segumpal daging. Anggota parlemen itu akhirnya tidak berdaya dan meninggal
dengan cara yang amat mengenaskan.
2. Kematian tak kenal orang sehat sehat atau sakit
Seorang
komandan tinggi di jajaran angkatan bersenjata, ia tidak pernah mengeluhkan
suatu penyakit apapun, tubuhnya padat berisi, otot-ototnya kekar, lincah dan
gesit dalam melakukan tugas diteritorialnya. Seperti biasa , pada suatu malam,
ia pergi tidur. Di pagi hari, sang ibu membangunkannya. Tak ada jawaban. Apa
yang terjadi ? ternyata tubuhnya telah dingin dan terbujur kaku. Tidur itu
mengahantarkan pada kematian yang tak akan kembali lagi.
3. Temanku mati terbakar
Abu Abdillah
berkata : “ Aku tak tahu, bagaimana harus menuturkan kisah ini padamu. Kisah
yang pernah aku alami sendiri beberapa tahun yang lalu, sehingga mengubah total
perjalanan hidupku, sebenarnya aku tak ingin menceritakannya, tapi demi
tanggung jawab di hadapan Allah, dan peringatan bagi para pemuda yang
mendurhakai Allah dan demi pelajaran bagi para gadis yang mengejar bayangan
semu, yang disebut cinta, maka aku ungkapkan kisah ini.
Ketika itu,
kami tiga sekawan. Yang mengumpulkan kami adalah kesamaan nafsu dan
kesia-siaan. Oh tidak, kami berempat satunya lagi adalah setan.
Kami berburu
gadis-gadis. Mereka kami rayu dengan kata-kata manis, hingga mereka takluk,
lalu kami bawa ke sebuah taman kecil terpencil. Di sana kami berubah menjadi
serigala-serigala yang tak menaruh belas
kasihan mendengar rintihan permohonan mereka, hati dan perasaan kami sudah
mati.
Begitulah hari-hari kami di taman, di tenda
atau dalam mobil yang di parkir di pinggir pantai. Sampai suatu hari, yang tak
pernah saya bisa melupakannya, seperti biasa kami pergi ke taman. Seperti biasa
pula, masing-masing kami menyantap satu mangsa gadis, di temani minunan laknat.
Satu hal kami lupa saat itu, makanan. Segera salah seorang di antara kami
bergegas membeli makanan dengan mengendarai mobilnya. Saat ia berangkat. Jam
menunjukkan pukul enam sore. Beberapa jam berlalu, tapi taman kami itu belum
juga kembali. Pukul sepuluh malam , hatiku mulai tak enak dan gusar. Maka
aku segera membawa mobil untuk
mencarinya, di tengah perjalanan, di kejauhan aku melihat jilatan api, aku
mencoba mendekat.
Astaghfirullah,
aku hampir tak percaya dengan yang kulihat. Ternyata api itu bersumber dari
mobil temanku yang terbalik dan terbakar. Aku panik seperti orang gila. Aku
segera mengeluarkan tubuh temanku dari mobilnya yang masih menyala. Aku ngeri
tatkala melihat separuh tubuhnya masak terpanggang api. Kubopong tubuhnya lalu
kuletakkan di tanah.
Sejenak
kemudian, dia berusaha membuka kedua belah matanya, ia berbisik lirih : “ api
…., api ……!
Aku memutuskan
untuk membawanya ke rumah sakit dengan mobilku. Tetapi dengan suara campur
tangis, ia mencegah: “ Tak ada gunanya .. aku tak akan sampai …!
Air mataku
tumpah, aku harus menyaksikan temanku
meninggal di hadapanku. Di tengah kepanikanku, tiba-tiba ia berteriak
lemah: “ apa yang mesti kukatakan kepadaNya? Apa yang mesti kukatakan padaNya?
Aku
memandanginya penuh keheranan. “ siapa ? Tanyaku. Dengan suara yang seakan berasal dari sumur yang amat dalam, dia
menjawab : “Allah!”
Aku merinding
ketakutan. Tubuh dan perasaanku terguncang keras. Tiba-tiba temanku itu
menjerit, gemanya menyelusup kesetiap relung malam yang gulita, lalu kudengar
teriakan nafasnya yang terakhir : “ Innaalillaahi
wa’inna ilaihi raajiuun.”
Setelah itu,
hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal,
jerit kesakitannya, api yang membakarnya, dan lolongannya” apa yang harus
kukatakan padaNya ? Apa yang harus kukatakan padaNya? Seakan terus membuntuti
setiap gerak dan diamku.
Pada diriku
sendiri aku bertanya: “ Aku …apa yang harus kukatakan padaNya?
Air mataku
menetes lalu sebuah getaran aneh menjalari jiwaku. Saat puncak perenungan
itulah, sayup-sayup aku mendengar adzan subuh menggema: Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Asyhadu alla ilaaha illa Allah …. Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullah,
Hayya ‘ Alash Shalaah …”
Aku merasa
bahwa adzan itu hanya ditujukan pada diriku saja. Mengajakku menyingkap fase
kehidupanku yang kelam, mengajakku pada jalan cahaya dan hidayah. Aku segera
bangkit mandi dan wudhu, mensucikan tubuhku dari noda-noda kehinaan yang
menenggelamku selama bertahun-tahun.
Sejak saat
itu, aku tak pernah lagi meninggalkan shalat. Aku memuji Allah, yang tidak
layak dipuji selain Dia. Aku telah menjadi manusia lain. Maha Suci Allah yang
mengubah berbagai keadaan. Dengan seizing Allah , aku telah menunaikan umrah.
Insya Allah aku akan melaksanakan haji dalam waktu dekat, siapa yang tahu ?
umur ada di tangan Alloh ? [[9]].
4. Kesudahan yang berlawanan:
Tatkala masih
di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orang tuaku dalam lingkungan yang
baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang
malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran
mengapa ayah shalat begitu lama, apa lagi jika saat musim dingin yang menyengat
tulang.
Aku sungguh
heran, bahkan hingga aku berkata kepada diriku sendiri : “ alangkah sabarnya
mereka …. Setiap hari begitu ….. benar-benar mengherankan!.
Aku belum
tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat-shalat orang-orang
pilihan… mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk bermunajat kepada Allah.
Setelah
menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi
diriku semakin jauh dari Allah.padahal berbagai nasihat kuterima dan kudengar
dari waktu ke waktu.
Setelah tamat
dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku
dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang
terasing.
Di sana, aku
tak mendengar lagi suara bacaan Al Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang
membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian jauh dari
lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.
Aku ditugasi
mengatur lalu lintas di jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan. Tugasku
membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Pekerjaan baruku sungguh
menyenangkan, aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi,
tetapi hidupku bagaikan di ombang- ambingkan ombak.
Aku bingung
dan sering melamun sendirian… bayak waktu luang …. Pengetahuanku terbatas.
Aku mulai
jenuh… tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir
setiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu
kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas.
Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah
kulupakan.
Ketika itu,
kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik
ngobrol … tiba –tiba kami dikagetkan oleh sebuah benturan yang amat keras, kami
mengedarkan pandangan. Ternyata sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang
meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian
untuk menolong korban.
Kejadian yang
sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi sangat
kritis, keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah.
Kami
cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat
mengerikan. Kami kembali kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma.
Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.
Ucapkanlah :
“Laailaaha Illallaah … laailaaha illallaah perintah temanku.
Tetapi
sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan ini
membuatku merinding. Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang
sekarat… kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat.
Aku diam
membisu, aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum
pernah menyaksikan orang yang sedang
sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya
mengulang-ulang bacaan syahadat , tetapi … keduanya tetap terus saja
melantunkan lagu tak ada gunanya…
Suara lagunya
terdengar semakin melemah.. lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak
bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak … keduanya telah meninggal
dunia.
Kami segera
membawa mereka ke dalam mobil. Temanku
menunduk, ia tak berbicara sepatah katapun. Selama perjalanannya ada kebisuan,
hening.
Kesucian
pecah ketika temanku mulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul
khatimah (kesudahan yang buruk) . Ia berkata : “ Manusia akan mengakhiri
hidupnya………
b.
Kedua tanganmu berlumur debu maksudnya : menjadi fakir ( Subulus Salaam,
2/112
c.
Dalam Al Misbah di sebutkan , تربت يداك adalah ungkapan bhasa
orang-orang Arab dalam bentuk do’a. hanya saja saja dalam hadits ini tidak
dimaksudkan sebagai do’a, tetapi sebagai motivasi dan anjuran.
Share This Article
Tidak ada komentar:
Posting Komentar