KHUTBAH JUM’AT:
SHALAT SEBAGAI TANDA
KEIMANAN
Oleh: Rofi’udin, S.Th.I, M.Pd.I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي فَرَّضَ الصَّلَاةَ عَلَى عِبَادِهِ
الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَاَسْأَلُهُ الْمَزِيْدَ مِنْ فَضْلِهِ فِى جَمِيْعِ الْاَوْقَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِي قَائِلُهَا مِنَ
الْمُهْلِكَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ السَّادَاتِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ مَا دَامَتِ الْاَرْضُ وَالسَّمٰوَاتُ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Kaum Muslimin Jama’ah
Jum’ah Rahimakumullah,
Pada kesempatan
yang berbahagia ini, saya mengajak kepada kita semua untuk meningkatkan
kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT, yaitu melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, serta dengan memperbanyak amal ibadah kita. Sebab taqwa adalah satu-satunya bekal yang dapat kita bawa untuk menghadap
Allah Rabbul Jalil. Allah SWT berpesan:
وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Dan berbekallah kalian, karena sebaik-baik bekal adalah
taqwa, dan bertaqwalah kepadaKu wahai orang-orang yang menggunakan akalnya.” (Qs.
al-Baqarah: 197)
Jam’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Dalam kesempatan yang mulia ini, saya
mengajak kita semua untuk memperhatikan firman Allah dalam al-Qur’an surat
al-A’la ayat 14-17:
قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (۱٤) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (۱٥) بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (۱٦) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (۱٧)
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”
(Qs. al-A’la: 14-17)
Dalam ayat di
atas, Allah SWT menggambarkan perbedaan kondisi orang-orang yang beriman yang
memilih kehidupan akhirat dengan orang-orang kafir yang memilih kehidupan
dunia. Orang yang beriman selalu berusaha membersihkan diri, mengingat Allah,
dan mengerjakan shalat. Sedangkan orang-orang kafir mengerjakan sebaliknya,
yakni selalu bergelimang dosa, lupa kepada Allah, dan menolak menjalankan
perintah Allah untuk menyembah-Nya.
Padahal dalam
ayat terakhir di atas, Allah mengingatkan kita bahwa sesungguhnya kehidupan
akhirat itu lebih penting dan lebih kekal. Sedangkan kehidupan dunia terbatas
oleh usia dan waktu dan kelak pada saatnya kita akan kembali ke alam yang tiada
terbatas waktu. Semua amal perbuatan kita selama di dunia akan dimintai
pertanggungjawabannya, karena amal perbuatan tersebut merupakan tabungan
akhirat.
Kebahagiaan
dunia dapat diperoleh melalui keuletan berusaha dan dapat dinikmati hasilnya
selagi hidup, baik berwujud materi kebendaan maupun yang hanya dirasakan oleh
perasaan batin. Sebaliknya, kebahagiaan akhirat tidak nampak sekarang, namun
dapat dicapai dengan cara menjalankan perintah Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya dengan penuh keikhlasan. Meskipun wujudnya tidak kontan,
namun orang beriman tetap meyakini kebenaran janji dan ancaman Allah SWT di
hari kemudian.
Dan sesungguhnya
justru itulah yang membedakan orang yang beriman dengan mereka yang tidak. Orang
yang beriman kepada yang gaib adalah mereka yang mempercayai sesuatu yang belum
terjadi, tetapi meyakini kebenarannya dan membuktikan keyakinan tersebut dengan
amal nyata. Sedangkan orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak
meyakini pada kebenaran janji dan ancaman Allah di akhirat kelak.
Kaum Muslimin yang
Dimuliakan Allah,
Lalu bagaimana tanda-tanda
orang yang beriman? Dalam Qs. al-A’la ayat 14-17 di atas, Allah mencontohkan tanda-tanda
orang yang beriman adalah mereka yang senantiasa membersihkan diri, berdzikir,
dan mengerjakan shalat. Merekalah yang apabila telinganya mendengar suara adzan
menggema, seluruh organ tubuhnya otomatis terhubung satu sama lain: spontan
hatinya bergetar, tergugah, dan merasa seolah-olah Allah sedang memanggilnya;
mulutnya spontan menjawab panggilan tersebut; dan kakinya spontan berjalan
mengambil air wudlu dan segera bergegas menuju masjid atau mushalla.
Orang yang
beriman hatinya gemetar dan takut ketika mendengar nama Allah disebut. Terbayang
di benaknya segala Kemahabesaran dan Kemahakuasaan Allah SWT. Maka dengan hati
yang penuh takut dan ikhlas, ia penuhi panggilan Allah, ia tinggalkan semua
urusan dunia untuk sujud menghadap Ilahi. Hal ini dijelaskan Allah dalam
firman-Nya:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
(Qs. al-Anfal: 2)
Berbeda sekali
dengan orang yang jauh dari hidayah dan taufik Allah SWT. Suara adzan dianggapnya sebagai suara yang biasa, panggilan Allah tak
sedikitpun mengetuk hatinya untuk memenuhi panggilan-Nya. Telinganya sudah tuli dan mata hatinya juga sudah buta.
Begitulah
hati orang yang sudah tertutup dari inayah dan hidayah Allah SWT. Mereka
meremehkan panggilan Allah dan mengabaikan perintah menghadap-Nya. Allah SWT
menyebut orang-orang seperti ini sebagai kaum yang tidak berakal, sesuai
firman-Nya:
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
“Dan apabila kamu menyeru (mereka)
untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan.
Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau
mempergunakan akal.” (Qs. al-Maidah: 58)
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Terkadang orang
yang tidak mengerjakan shalat itu bukannya tidak mengetahui bahwa shalat itu wajib. Mereka sesungguhnya juga sudah mengetahui
tentang ancaman siksa Allah atas orang-orang yang meninggalkannya. Sebagian
bahkan menganggap bahwa jika dalam sehari sudah shalat sekali atau dua kali,
maka baginya itu sudah cukup. Kewajiban shalat dianggapnya sebatas selera. Bila
sedang berselera ia shalat, bila sedang tidak berselera, ia tinggalkan tanpa
merasa berdosa.
Sesungguhnya yang menjadikan seseorang menganggap remeh kewajibannya
tersebut tidak lain adalah karena kebiasaan. Orang yang sudah terbiasa dan
tekun menjalankan shalat akan bisa menikmati shalatnya, bahkan selalu
merindukan datangnya waktu-waktu shalat. Tetapi orang yang belum biasa, atau
mengerjakannya dengan setengah hati, akan merasa berat dan tidak bisa menikmati
lezatnya mengerjakan shalat.
Padahal menurut Rasulullah SAW, salah satu faidah shalat adalah
menghapus dosa dan kesalahan kita. Jika kita rajin mengerjakannya, maka semakin
bersihlah kita dari dosa. Tetapi jika jarang kita melaksanakannya, maka
dosa-dosa akan semakin mengotori kita sehingga sulit menerima hidayah dan
taufik dari Allah SWT.
Pada suatu ketika
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟ قَالُوْا: لاَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ. قَالَ: فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا.
“Apakah pendapat kamu, apabila di muka pintu salah satu
rumah kamu ada satu sungai yang kamu mandi padanya tiap hari lima kali. Adakah
tinggal olehnya kotoran? Serentak sahabat menjawab: Tidak ada, Ya Rasulullah!
Beliau bersabda: Maka begitu juga perumpamaan shalat lima waktu, dengan itu
Allah menghapus kesalahan.” (Muttafaqun ‘alaih).
Jama’ah Jum’ah
yang Berbahagia,
Manusia memang
sungguh pandai, mereka dapat membuat baja menjadi kapal yang tidak tenggelam, bahkan
sanggup mengangkut barang-barang yang berat. Mereka pun sanggup membuat baja
yang berat menjadi sebuah pesawat yang dapat terbang kesana-kemari. Tetapi
sayang, mereka tidak pandai bersyukur kepada Allah atas segala rahmat-Nya, tidak meluangkan waktu untuk bersujud menghadap-Nya.
Orang-orang di
luar Islam tidak akan berani menghancurkan Islam secara terang-terangan. Mereka
harus berpikir seribu kali untuk menghancurkan masjid-masjid tempat ibadah kaum
muslimin. Tetapi dengan akal mereka yang licik, mereka jadikan kita melupakan shalat dan tidak memikirkan agama. Kita
dicekoki dengan berbagai hiburan dan kenikmatan dunia, seakan-akan agama
hanyalah urusan akhirat yang privat dan tidak boleh mewarnai seluruh aktivitas
kita di dunia.
Dari ayat-ayat al-Qur’an
dan hadits di atas, kita dapat mengambil pelajaran, hendaknya kita merasa
khawatir terhadap kualitas shalat kita selama ini. Kita pun hendaknya selalu
memohon kepada Allah SWT agar kita dan anak-cucu kita menjadi orang-orang yang
tetap mendirikan shalat, dan jangan sampai menjadi orang-orang yang hanya
menurutkan hawa nafsunya belaka. Sebagaimana doa Nabi Ibrahim AS yang
diabadikan dalam al-Qur’an:
رَبِّ
اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang
yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (Qs. Ibrahim:
40)
Kaum Muslimin
yang Dimuliakan Allah,
Sebagai penutup
khutbah ini, marilah kita lebih meningkatkan kualitas ibadah shalat kita dan segenap
keluarga kita sehingga termasuk orang-orang yang memperoleh janji Allah yakni
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan kita selalu diberi petunjuk dan pertolongan
oleh Allah untuk dapat menjadi hamba-hamba-Nya yang mendirikan shalat. Amin,
Ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Share This Article
Tidak ada komentar:
Posting Komentar